Ini adalah cerpen karya ane. Soalnya tugas akhir semester di sekolah ane disuruh membuat cerpen. Daripada dibuat terus gak ada yang baca mendingan ane posting aja di blog ane. Maaf ya kalau kata-kata dalam cerpen ane ini masih acak-acakan soalnya baru pertamakali buat cerpen..hehehe... :)


CINTA TAPI GENGSI



Karya : Imroh Atus Sholikah

Masih terlintas di fikiran Ririn tiga tahun yang lalu. Saat dia masih duduk di bangku SMA. Ketika dia menyayangi seorang laki-laki yang bernama Arya dan Arya juga menyayangi Ririn. Tapi entah ada apa dengan dua anak SMA itu yang tak kunjung jadian sampai saat ini. Baik Ririn maupun Arya, keduanya saling gengsi untuk menyatakan perasaannya. Menurut Ririn kala itu, masak iya cewek duluan yang nembak cowok, harusnya Arya peka dong padaku. Tapi apa daya, Arya juga tak kunjung menyatakan perasaannya itu.
Saat di sekolah pun kedua anak itu terlihat akrab, bahkan banyak yang mengira bahwa mereka sudah berpacaran.
“Rin, kenapa sih loe gak jadian aja sama Arya ? Kan kalian saling menyayangi ?” tanya Nita,  sahabat Ririn kala itu.
“Apa’an sih loe. Masak gue duluan yang nembak dia. Gengsi dong buat wanita.” Jawab Ririn dengan nada judes.
Sari yang juga sahabat Ririn juga ikut nimbrung, “tau tuh. Cinta tapi kok gengsi. Sekarang udah zaman modern Non.”
“Kalo emang Arya cinta sama gue harusnya dia nembak gue dong. Harusnya dia juga gak gengsi kan ? tapi kenyataannya..??” jawab  Ririn dengan pasrah.
Sari dan juga Nita menjawab hampir bersamaan,”Iya juga sih.”
“Kalo Arya gentleman harusnya dia berani nembak loe dan menerima apa jawaban dari loe Rin.” Tambah Sari.
Ririn langsung mengalihkan pembicaraan,”Udah ah, ayo ke kantin gak usah bahas Arya lagi. Gara-gara ngebahas dia gue jadi laper.”
Kedua sahabat Ririn langsung ngintil di belakang.

Bel masuk pun berbunyi.
Saat itu pelajaran sosiologi, pelajaran yang gak di sukai Ririn. Ririn hanya duduk di bangku dan mainin bolpoinnya sambil ngelamun. Pak Siswo yang sedang mengajar di depan kelas untungnya gak tahu apa yang sedang di lakukan oleh siswinya tersebut.
Melihat Ririn yang sedang ngelamun gak jelas, Sari yang duduk disamping Ririn jadi penasaran apa yang sedang sahabatnya itu fikirkan.
“Eh Rin, loe sedang mikirin apa ? ngelamun dari tadi kalo dilihat Pak Siswo nanti loe bisa di hukum.”
“Eh..enggak kok. Gue gak mikirin apa-apa.” Jawab Ririn ngeles sambil buka buku sosiologi.
Mendengar jawaban Ririn, Sari hanya terdiam.

Bel pulang telah berbunyi. Ririn, Nita dan Sari jalan bersama menuju gerbang sekolah. Saat sampai di koridor sekolah, mereka berpapasan dengan Arya dan kedua sahabatnya. Melihat Arya yang senyum ke Ririn, Ririn juga membalas dengan senyuman. Kedua wajah mereka terlihat senang dan malu-malu. Tiba-tiba Rio yang sahabat Arya langsung membuka pembicaraan.
“Ehhem. Ar, gue sama Anto duluan ya soalnya mau ngerjain PR.” Rio sambil memberikan isyarat pada Anto. Keduanya ngibrit kayak lagi di kejar anjing.
Mendengar kata-kata Rio tadi Nita juga langsung tahu maksut dari Rio. “Oh iya Rin gue lupa, gue dan Sari mau ke salon dulu. Bye teman. Selamat bersenang-senang.” Nita dan Sari juga langsung meninggalkan Ririn bersama Arya.
Meliahat sahabat-sahabatnya yang ninggalin mereka, Ririn dan Arya hanya terdiam dan bingung.
“Yaudah. Kita pulang sekarang atau nanti ?” tanya Arya pada Ririn.
“Eh..iya sekarang.” Jawab Ririn sambil berjalan berdampingan bersama Arya.
Saat di jalan keduanya membicarakan berbagai hal. Rasanya tak pernah habis bahan obrolan antara Arya dengan Ririn. Sampai-sampai tak terasa udah sampai di depan rumah Ririn. Ririn hanya pamit ingin masuk dulu dan Arya meneruskan perjalanan ke rumah.

Ririn langsung masuk kamar dan senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Tiba-tiba HP Ririn berdering. Ternyata yang SMS adalah Sari.
“Cie....tadi gimana Rin ? pastinya senang dong..?? hihihi” ejek Sari dengan genit.
Ririn membalasnya, “Apaan sih. Loe berdua jahat sama gue, masak gue ditinggal sendirian sama Arya.”
Beberapa detik kemudian Sari membalas sms Ririn, “hihihi....sorry-sorry tapi loe senang kan..?? ngaku deh..”
“Tau ah..” balas Ririn yang sedang senyum-senyum sendiri.
*****

Sang fajar telah menampakkan sinarnya lagi. Yang sudah ditunggu oleh semua orang. Sang embun pun mulai pudar seiring hari mulai siang. Ririn sudah menunggu kedua sahabatnya di depan rumah. Selang beberapa menit Arya datang dan ngajak Ririn berangkat bareng. Ririn mengiyakan dan mereka berjalan bersama menuju ke sekolah.

Satu bulan kemudian tiba-tiba Arya menghilang. Dia tidak bilang ke Ririn kalo dia pindah ke luar kota bersama keluarganya. Arya juga berpesan kepada Rio agar tak memberitahukannya kepada Ririn. Hingga suatu saat Ririn begitu antusias ingin mengetahui kemanakah Arya pergi. Dia terus saja memaksa Rio untuk bercerita kepada Ririn. Akhirnya Rio menceritakan apa yang dikatakan oleh Arya kepada Ririn. Arya bilang ke Rio kalau ia tak ingin meninggalkan tempat tinggalnya, tapi bagaimana lagi, ya karna paksaan dari orang tua yang membuat Arya pergi meninggalkan Ririn. Mendengar penjelasan Rio tersebut Ririn sampai menangis tersedu-sedu. dalam hatinya ia menyesal kenapa dulu ia tak mengungkapkan dulu perasaannya,kenapa ia tak jujur saja kepada Arya. Tapi apa mau di kata, Arya sekarang sudah pergi meninggalkan Ririn. Sampai-sampai Ririn tak mau makan sampai jatuh sakit karena selalu memikirkan Arya. Sudah satu Minggu Ririn gak masuk sekolah sejak ditinggal Arya pindah. Rasanya semangat hidup Ririn hilang begitu saja seperti tertiup oleh angin. Tiada henti-hentinya kedua orang tua Ririn dan juga kedua sahabatnya memberi dorongan dan motivasi untuk terus semangat. Ibunya selalu berbicara kalau masalah pasti ada jalan keluarnya dan harus diselesaikan dengan kepala dingin serta akan ada rencana Allah yang lebih indah untuk Ririn. Kedua sahabatnya juga mengatakan bahwa Ririn pasti kuat, Ririn pasti bisa menghadapi ujian ini bersama keluarga dan juga sahabatnya. Nita dan juga Sari pasti selalu ada buat Ririn karena mereka bersahabat sejak masih kecil. Akhirnya Ririn sedikit demi sedikit bisa sadar dan tak ingin membuat ibunya terus menerus menangisi anaknya itu.
*****
Ternyata kepergian Arya bukan karena menuruti kemauan dari orang tuanya, tetapi ia sedang mengalami masa pengobatan di luar kota. Ya, Arya mempunyai penyakit yang begitu ganas, kanker otak stadium tiga. Kedua sahabatnya pun tak mengetahui kalau Arya mengidap penyakit yang mematikan itu. Arya tak ingin melihat sahabatnya sedih apalagi sampai Ririn tahu tentang keadaan yang sebenarnya tentang Arya. Dia tidak tega melihat orang yang dia cintai bersedih hati mengetahui kondisi dirinya. Memang dilihat dari sisi luar dari dirinya, Arya kelihatan sehat tanpa penyakit apapun tetapi kenyataannya sisi dalam dirinya sedikit demi sedikit digerogoti oleh penyakit yang kian hari kian membuat dirinya lemas. Dia tetap semangat walau mempunyai penyakit ganas tersebut karena hanya demi Ririn, wanita yang sangat dia cintai itu. Kini Arya sedang menjalani kemoterapi, dia sangat bersemangat untuk terus berjuang melawan penyakitnya itu. Arya masih mempunyai impian jika dia sudah sembuh dari penyakitnya, dia akan kembali menemui Ririn dan langsung menyatakan perasaannya.
*****
Tak terasa sudah satu tahun Arya meninggalkan Ririn, waktu yang tak sedikit itu telah membuat Ririn tahu akan arti kehilangan dan juga kerinduan yang semakin hari semakin menggebu. Nita dan Sari tak henti-hentinya memberikan motivasi dan selalu menghibur Ririn agar ia tak selalu murung dan melamun. Kedua sahabatnya itu selalu mengajak Ririn untuk mengikuti berbagai kegiatan agar ia tak selalu mengingat Arya. Ia selalu menunggu kabar dari Arya, tapi sayang, semenjak Arya pergi, ia tak pernah memberi kabar kepada Ririn. Setiap malam ia selalu memandangi langit berharap bintang-bintang diatas sana menyampaikan rasa rindunya kepada Arya, juga kepada angin agar ia menyampaikan salamnya kepada Arya. Ia selalu iri kepada bintang karna selalu ditemani oleh bulan yang semakin memperindah langit di malam hari. Di kota lain, Arya sangat merindukan sahabat-sahabatnya terutama kepada Ririn. Ia terus memikirkan tentang Ririn bahkan ia ingin kembali ke Bandung, kota kelahirannya untuk segera menyatakan perasaannya kepada Ririn dan ingin bertemu untuk yang terkahir kalinya kepada sahabatnya karena ia tahu, ia tak kan lama lagi hidup di dunia. Dokter spesialis yang menangani Arya sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk kesembuhaan Arya, tapi ternyata penyakitnya itu lebih kuat dari Arya. Ia selalu menulis surat tentang keadaannya sekarang serta tak lupa tentang perasaannya kepada Ririn. Ia ingin memberikannya kepada Ririn jika kelak ia telah tiada sebelum bisa menemui Ririn. Sudah sepuluh surat yang ia tulis semenjak ia pindah keluar kota. Satu bulan setelah ia menyelesaikan surat yang kesepuluhnya, Arya menjalani operasinya karena kanker yang ada di otaknya sudah menjalar hampir ke seluruh otaknya. Dokter spesialis kanker sudah tidak bisa menangani Arya dan sudah memberiakn opini jika hidup Arya tinggal satu Minggu lagi. Semangat Arya untuk melawan penyakitnya patut diacungi jempol, tetapi penyakitnya tersebut telah membawa Arya ke pelukan Yang Maha Kuasa. Ya, Arya telah tiada tepat saat ulang tahun Ririn. Kedua orang tuanya sangat sedih serta terpukul atas kepergian anak tersayangnya. Sebelum Arya menghembuskan nafas terakhirnya, ia sempat berpesan kepada ibunya untuk kembali ke kota Bandung untuk memberitahukan kepada sahabatnya dan juga kepada Ririn serta memberikan surat-surat yang telah ia tulis kepada Ririn. Dan satu lagi permintaan Arya, ia ingin kedua orang tuanya merekam Arya yang sedang membawa kue ulang tahun bertuliskan “Selamat Ulang Tahun Ririn” dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Ia berpesan video tersebut juga ditunjukkan kepada Ririn. Kedua orang tuanya menyetujui semua permintaannya itu. Setelah berpesan kepada orang tuanya, Arya meminta maaf jika selama hidupnya ia selalu merepotkan kedua orang tuanya dan berterimakasih sudah mengasuh serta mendidik Arya dengan baik. Setelah itu ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyum di wajahnya.

Malam itu Ririn kelihatan gelisah serta rasa takut menyelimuti hatinya. Ia merasakan hal yang tidak mengenakkan tentang Arya. Ia takut jika Arya sampai kenapa-kenapa. Malam itu Ririn tidak bisa tidur, ia selalu memikirkan Arya. HP Ririn berdering, ia lihat ternyata telvon dari Ibunya Arya. Jantungnya semakin berdetak kencang, ia semakin takut apa yang terjadi kepada Arya.
“Halo...Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumussalam, ini dengan Nak Ririn ?” jawab ibu Arya dari seberang sana.
“Iya tante. Mmh..tante ibunya Arya ya ?”
“Iya dik Ririn. Tante Cuma ingin memberi tahu kalau Arya sudah tiada, dia sudah meninggal tiga puluh menit yang lalu”, isak ibu Arya.
Ririn langsung respect mematikan telvonnya. Tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ia tak menyangka Arya telah tiada. Saat hari bahagia ulang tahunnya, ia justru mendapat hal yang tidak mengenakkan hati. Ririn telah diringgal Arya pergi untuk selama-lamanya sebelum sempat ia bertemu untuk yang terakhir kalinya. Saat itu pun ia tak bisa menemani Arya yang sedang butuh teman penyemangat. Tiga hari kemudian ibunya Arya pulang ke Bandung untuk mengaji, mengirim do’a untuk almarhum Arya. Tak lupa ia juga memberikan surat serta video kepada Ririn. Ririn menerima surat serta video tersebut, ia langsung melihat isi dari video tersebut. Tanpa sadar air matanya menetes saat melihat video itu. Ia terharu sekaligus sedih karena itu ucapan selamat ulang tahun dari Arya untuk yang terakhir kalinya. Kemudian satu persatu ia baca surat dari Arya. Ia tak menyangka kalau Arya ternyata mempunyai penyakit yang sangat mematikan itu. Padahal Arya kelihatan baik-baik saja dan Ririn tak pernah melihat penyakit Arya kambuh. Sampai di surat yang ke kesepuluh, Ririn mengetahui kalau Arya sangat mencintai Ririn dan hendak menyatakan perasaannya itu. Tapi takdir berkata lain, sebelum Arya menyatakan perasaannya ia sudah diambil oleh Yang Maha Kuasa. Ririn sangat terpukul oleh kematian Arya, ia belum percaya kalau Arya telah tiada. Sudah beberapa kali sahabat Ririn, sahabat Arya, orang tua Arya serta orang tua Ririn meyakinkan kepada Ririn kalau Arya memang sudah tiada. Akhirnya secara perlahan Ririn menyadarinya. Ia sangat menyayangi Arya, seorang cowok yang telah lama ia kagumi. Akhirnya ia tahu kenapa Arya tak kunjung menyatakan perasaannya, bukan karena gengsi tetapi lantaran penyakit yang selalu menghantuinya.
Isi dari surat Arya :
“Assalamu’alaikumu Rin...apa kabar..?? baik-baik saja kan.
Tenang saja..aku disini juga baik saja J kamu jangan khawatir ya..??
Rin....aku pengen ngomong sesuatu sama kamu. Jika aku telah tiada sebelum aku bisa pulang ke Bandung, aku pengen nyatain sesuatu ke kamu.
Jujur saja, saat pertama kali aku liat kamu aku langsung jatuh hati padamu. Saat pertama kali aku lihat senyum manis kamu, senyum itu selalu menghantui malam-malam ku, aku selalu memikirkanmu. Kamu tahu...aku sampai kayak orang gila jika mengingatmu juga memikirkanmu. Hahah.....konyol bukan ? tapi itu lah kenyataannya. Senyum manis yang selalu tersungging di bibir kecilmu itu telah mengubah duniaku menjadi lebih berwarna.
Sudah lama aku memendam ini Rin. Memendam secuil perasaan yang setiap hari makin menggunung. Perasaan yang awalnya suka menjadi sayang, terus tumbuh hingga menjadi cinta dan akhirnya takut kehilangan sosok wanita yang sederhana namun berpikiran dewasa itu, iya..itu kamu Ririn. Ingin sekali aku menyatakan perasaan yang selalu menggebu dalam hatiku ini, tapi apa daya..penyakit ini yang selalu membuatku berpikir dua kali tuk menyatakan cinta kepadamu. Aku takut gara-gara penyakit ini kamu gak senang tapi justru malah bikin kamu sedih dan tersiksa. Aku masih bertahan dengan penyakit ini karena selalu ada kamu di hatiku. Masih ada secuil harapan tuk sembuh lalu bisa bahagia bersama kamu.
Ririn.....aku sayang kamu, sebuah rasa yang telah lama ingin aku katakan kepadamu. Rasa sayang yang selalu berontak ingin keluar dari sangkar hati ini. Yang ingin terbang bebas menuju ke tujuan hati dan mendapat sangkar emas yang cantik nan elok. Hati ini sudah lega bisa membebaskan rasa sayang yang telah lama ingin keluar dan bersatu dengan perasaanmu.
Ma’afkan aku ya..yang gak jujur sama kamu tentang penyakitku ini. Bahkan kedua sahabatku pun gak tahu kalo aku mengidap kanker staduim 3. Jika aku telah tiada, aku akan menjagamu dari surga dan tak kan membiarkan satu orang pun melukai perasaan kamu. Aku janji Rin.
I LOVE YOU RIRIN SARASWATI...                                   
Orang yang selalu merindumu,
Arya Mahardika ”

Ia sempat beberapa kali bermimpi tentang Arya. Ia bermimpi pernah di datangi Arya, saat itu Arya meminta maaf, ia ingin Ririn masih bisa tersenyum manis seperti yang selalu dilihat Arya. Dan juga Arya mendatangi mimpi Ririn untuk menyatakan perasaannya dan akan selalu menjaga Ririn, walaupun dari kejauhan.
Secara perlahan Ririn sudah bisa merelakan Arya pergi dengan tenang. Sekarang hari-hari Ririn sudah seperti biasanya, menjadi Ririn yang seperti dulu.

2 comments:

 
Top