CINTA TAPI GENGSI
Karya : Imroh Atus
Sholikah
Masih terlintas di fikiran Ririn tiga
tahun yang lalu. Saat dia masih duduk di bangku SMA. Ketika dia menyayangi
seorang laki-laki yang bernama Arya dan Arya juga menyayangi Ririn. Tapi entah
ada apa dengan dua anak SMA itu yang tak kunjung jadian sampai saat ini. Baik
Ririn maupun Arya, keduanya saling gengsi untuk menyatakan perasaannya. Menurut
Ririn kala itu, masak iya cewek duluan yang nembak cowok, harusnya Arya peka
dong padaku. Tapi apa daya, Arya juga tak kunjung menyatakan perasaannya itu.
Saat
di sekolah pun kedua anak itu terlihat akrab, bahkan banyak yang mengira bahwa
mereka sudah berpacaran.
“Rin,
kenapa sih loe gak jadian aja sama Arya ? Kan kalian saling menyayangi ?” tanya
Nita, sahabat Ririn kala itu.
“Apa’an
sih loe. Masak gue duluan yang nembak dia. Gengsi dong buat wanita.” Jawab
Ririn dengan nada judes.
Sari
yang juga sahabat Ririn juga ikut nimbrung, “tau tuh. Cinta tapi kok gengsi.
Sekarang udah zaman modern Non.”
“Kalo
emang Arya cinta sama gue harusnya dia nembak gue dong. Harusnya dia juga gak
gengsi kan ? tapi kenyataannya..??” jawab
Ririn dengan pasrah.
Sari
dan juga Nita menjawab hampir bersamaan,”Iya juga sih.”
“Kalo
Arya gentleman harusnya dia berani nembak loe dan menerima apa jawaban dari loe
Rin.” Tambah Sari.
Ririn
langsung mengalihkan pembicaraan,”Udah ah, ayo ke kantin gak usah bahas Arya
lagi. Gara-gara ngebahas dia gue jadi laper.”
Kedua
sahabat Ririn langsung ngintil di belakang.
Bel
masuk pun berbunyi.
Saat
itu pelajaran sosiologi, pelajaran yang gak di sukai Ririn. Ririn hanya duduk
di bangku dan mainin bolpoinnya sambil ngelamun. Pak Siswo yang sedang mengajar
di depan kelas untungnya gak tahu apa yang sedang di lakukan oleh siswinya
tersebut.
Melihat
Ririn yang sedang ngelamun gak jelas, Sari yang duduk disamping Ririn jadi
penasaran apa yang sedang sahabatnya itu fikirkan.
“Eh
Rin, loe sedang mikirin apa ? ngelamun dari tadi kalo dilihat Pak Siswo nanti
loe bisa di hukum.”
“Eh..enggak
kok. Gue gak mikirin apa-apa.” Jawab Ririn ngeles sambil buka buku sosiologi.
Mendengar
jawaban Ririn, Sari hanya terdiam.
Bel
pulang telah berbunyi. Ririn, Nita dan Sari jalan bersama menuju gerbang
sekolah. Saat sampai di koridor sekolah, mereka berpapasan dengan Arya dan
kedua sahabatnya. Melihat Arya yang senyum ke Ririn, Ririn juga membalas dengan
senyuman. Kedua wajah mereka terlihat senang dan malu-malu. Tiba-tiba Rio yang
sahabat Arya langsung membuka pembicaraan.
“Ehhem.
Ar, gue sama Anto duluan ya soalnya mau ngerjain PR.” Rio sambil memberikan
isyarat pada Anto. Keduanya ngibrit kayak lagi di kejar anjing.
Mendengar
kata-kata Rio tadi Nita juga langsung tahu maksut dari Rio. “Oh iya Rin gue
lupa, gue dan Sari mau ke salon dulu. Bye teman. Selamat bersenang-senang.”
Nita dan Sari juga langsung meninggalkan Ririn bersama Arya.
Meliahat
sahabat-sahabatnya yang ninggalin mereka, Ririn dan Arya hanya terdiam dan
bingung.
“Yaudah.
Kita pulang sekarang atau nanti ?” tanya Arya pada Ririn.
“Eh..iya
sekarang.” Jawab Ririn sambil berjalan berdampingan bersama Arya.
Saat
di jalan keduanya membicarakan berbagai hal. Rasanya tak pernah habis bahan
obrolan antara Arya dengan Ririn. Sampai-sampai tak terasa udah sampai di depan
rumah Ririn. Ririn hanya pamit ingin masuk dulu dan Arya meneruskan perjalanan
ke rumah.
Ririn
langsung masuk kamar dan senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi.
Tiba-tiba HP Ririn berdering. Ternyata yang SMS adalah Sari.
“Cie....tadi
gimana Rin ? pastinya senang dong..?? hihihi” ejek Sari dengan genit.
Ririn
membalasnya, “Apaan sih. Loe berdua jahat sama gue, masak gue ditinggal
sendirian sama Arya.”
Beberapa
detik kemudian Sari membalas sms Ririn, “hihihi....sorry-sorry tapi loe senang
kan..?? ngaku deh..”
“Tau
ah..” balas Ririn yang sedang senyum-senyum sendiri.
*****
Sang
fajar telah menampakkan sinarnya lagi. Yang sudah ditunggu oleh semua orang.
Sang embun pun mulai pudar seiring hari mulai siang. Ririn sudah menunggu kedua
sahabatnya di depan rumah. Selang beberapa menit Arya datang dan ngajak Ririn
berangkat bareng. Ririn mengiyakan dan mereka berjalan bersama menuju ke
sekolah.
Satu bulan kemudian
tiba-tiba Arya menghilang. Dia tidak bilang ke Ririn kalo dia pindah ke luar
kota bersama keluarganya. Arya juga berpesan kepada Rio agar tak
memberitahukannya kepada Ririn. Hingga suatu saat Ririn begitu antusias ingin
mengetahui kemanakah Arya pergi. Dia terus saja memaksa Rio untuk bercerita
kepada Ririn. Akhirnya Rio menceritakan apa yang dikatakan oleh Arya kepada
Ririn. Arya bilang ke Rio kalau ia tak ingin meninggalkan tempat tinggalnya,
tapi bagaimana lagi, ya karna paksaan dari orang tua yang membuat Arya pergi
meninggalkan Ririn. Mendengar penjelasan Rio tersebut Ririn sampai menangis
tersedu-sedu. dalam hatinya ia menyesal kenapa dulu ia tak mengungkapkan dulu
perasaannya,kenapa ia tak jujur saja kepada Arya. Tapi apa mau di kata, Arya
sekarang sudah pergi meninggalkan Ririn. Sampai-sampai Ririn tak mau makan
sampai jatuh sakit karena selalu memikirkan Arya. Sudah satu Minggu Ririn gak
masuk sekolah sejak ditinggal Arya pindah. Rasanya semangat hidup Ririn hilang
begitu saja seperti tertiup oleh angin. Tiada henti-hentinya kedua orang tua
Ririn dan juga kedua sahabatnya memberi dorongan dan motivasi untuk terus
semangat. Ibunya selalu berbicara kalau masalah pasti ada jalan keluarnya dan
harus diselesaikan dengan kepala dingin serta akan ada rencana Allah yang lebih
indah untuk Ririn. Kedua sahabatnya juga mengatakan bahwa Ririn pasti kuat, Ririn
pasti bisa menghadapi ujian ini bersama keluarga dan juga sahabatnya. Nita dan
juga Sari pasti selalu ada buat Ririn karena mereka bersahabat sejak masih kecil.
Akhirnya Ririn sedikit demi sedikit bisa sadar dan tak ingin membuat ibunya
terus menerus menangisi anaknya itu.
*****
Ternyata kepergian Arya
bukan karena menuruti kemauan dari orang tuanya, tetapi ia sedang mengalami
masa pengobatan di luar kota. Ya, Arya mempunyai penyakit yang begitu ganas,
kanker otak stadium tiga. Kedua sahabatnya pun tak mengetahui kalau Arya
mengidap penyakit yang mematikan itu. Arya tak ingin melihat sahabatnya sedih
apalagi sampai Ririn tahu tentang keadaan yang sebenarnya tentang Arya. Dia
tidak tega melihat orang yang dia cintai bersedih hati mengetahui kondisi dirinya.
Memang dilihat dari sisi luar dari dirinya, Arya kelihatan sehat tanpa penyakit
apapun tetapi kenyataannya sisi dalam dirinya sedikit demi sedikit digerogoti
oleh penyakit yang kian hari kian membuat dirinya lemas. Dia tetap semangat
walau mempunyai penyakit ganas tersebut karena hanya demi Ririn, wanita yang
sangat dia cintai itu. Kini Arya sedang menjalani kemoterapi, dia sangat
bersemangat untuk terus berjuang melawan penyakitnya itu. Arya masih mempunyai
impian jika dia sudah sembuh dari penyakitnya, dia akan kembali menemui Ririn
dan langsung menyatakan perasaannya.
*****
Tak terasa sudah satu
tahun Arya meninggalkan Ririn, waktu yang tak sedikit itu telah membuat Ririn
tahu akan arti kehilangan dan juga kerinduan yang semakin hari semakin
menggebu. Nita dan Sari tak henti-hentinya memberikan motivasi dan selalu
menghibur Ririn agar ia tak selalu murung dan melamun. Kedua sahabatnya itu
selalu mengajak Ririn untuk mengikuti berbagai kegiatan agar ia tak selalu
mengingat Arya. Ia selalu menunggu kabar dari Arya, tapi sayang, semenjak Arya
pergi, ia tak pernah memberi kabar kepada Ririn. Setiap malam ia selalu
memandangi langit berharap bintang-bintang diatas sana menyampaikan rasa
rindunya kepada Arya, juga kepada angin agar ia menyampaikan salamnya kepada
Arya. Ia selalu iri kepada bintang karna selalu ditemani oleh bulan yang
semakin memperindah langit di malam hari. Di kota lain, Arya sangat merindukan
sahabat-sahabatnya terutama kepada Ririn. Ia terus memikirkan tentang Ririn
bahkan ia ingin kembali ke Bandung, kota kelahirannya untuk segera menyatakan
perasaannya kepada Ririn dan ingin bertemu untuk yang terkahir kalinya kepada
sahabatnya karena ia tahu, ia tak kan lama lagi hidup di dunia. Dokter
spesialis yang menangani Arya sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk
kesembuhaan Arya, tapi ternyata penyakitnya itu lebih kuat dari Arya. Ia selalu
menulis surat tentang keadaannya sekarang serta tak lupa tentang perasaannya
kepada Ririn. Ia ingin memberikannya kepada Ririn jika kelak ia telah tiada sebelum
bisa menemui Ririn. Sudah sepuluh surat yang ia tulis semenjak ia pindah keluar
kota. Satu bulan setelah ia menyelesaikan surat yang kesepuluhnya, Arya
menjalani operasinya karena kanker yang ada di otaknya sudah menjalar hampir ke
seluruh otaknya. Dokter spesialis kanker sudah tidak bisa menangani Arya dan
sudah memberiakn opini jika hidup Arya tinggal satu Minggu lagi. Semangat Arya
untuk melawan penyakitnya patut diacungi jempol, tetapi penyakitnya tersebut
telah membawa Arya ke pelukan Yang Maha Kuasa. Ya, Arya telah tiada tepat saat
ulang tahun Ririn. Kedua orang tuanya sangat sedih serta terpukul atas
kepergian anak tersayangnya. Sebelum Arya menghembuskan nafas terakhirnya, ia
sempat berpesan kepada ibunya untuk kembali ke kota Bandung untuk memberitahukan
kepada sahabatnya dan juga kepada Ririn serta memberikan surat-surat yang telah
ia tulis kepada Ririn. Dan satu lagi permintaan Arya, ia ingin kedua orang
tuanya merekam Arya yang sedang membawa kue ulang tahun bertuliskan “Selamat
Ulang Tahun Ririn” dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Ia berpesan video
tersebut juga ditunjukkan kepada Ririn. Kedua orang tuanya menyetujui semua
permintaannya itu. Setelah berpesan kepada orang tuanya, Arya meminta maaf jika
selama hidupnya ia selalu merepotkan kedua orang tuanya dan berterimakasih
sudah mengasuh serta mendidik Arya dengan baik. Setelah itu ia menghembuskan
nafas terakhirnya dengan senyum di wajahnya.
Malam itu Ririn
kelihatan gelisah serta rasa takut menyelimuti hatinya. Ia merasakan hal yang
tidak mengenakkan tentang Arya. Ia takut jika Arya sampai kenapa-kenapa. Malam
itu Ririn tidak bisa tidur, ia selalu memikirkan Arya. HP Ririn berdering, ia
lihat ternyata telvon dari Ibunya Arya. Jantungnya semakin berdetak kencang, ia
semakin takut apa yang terjadi kepada Arya.
“Halo...Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumussalam, ini
dengan Nak Ririn ?” jawab ibu Arya dari seberang sana.
“Iya tante. Mmh..tante
ibunya Arya ya ?”
“Iya dik Ririn. Tante
Cuma ingin memberi tahu kalau Arya sudah tiada, dia sudah meninggal tiga puluh
menit yang lalu”, isak ibu Arya.
Ririn langsung respect
mematikan telvonnya. Tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ia tak menyangka Arya
telah tiada. Saat hari bahagia ulang tahunnya, ia justru mendapat hal yang
tidak mengenakkan hati. Ririn telah diringgal Arya pergi untuk selama-lamanya
sebelum sempat ia bertemu untuk yang terakhir kalinya. Saat itu pun ia tak bisa
menemani Arya yang sedang butuh teman penyemangat. Tiga hari kemudian ibunya
Arya pulang ke Bandung untuk mengaji, mengirim do’a untuk almarhum Arya. Tak
lupa ia juga memberikan surat serta video kepada Ririn. Ririn menerima surat
serta video tersebut, ia langsung melihat isi dari video tersebut. Tanpa sadar
air matanya menetes saat melihat video itu. Ia terharu sekaligus sedih karena itu
ucapan selamat ulang tahun dari Arya untuk yang terakhir kalinya. Kemudian satu
persatu ia baca surat dari Arya. Ia tak menyangka kalau Arya ternyata mempunyai
penyakit yang sangat mematikan itu. Padahal Arya kelihatan baik-baik saja dan
Ririn tak pernah melihat penyakit Arya kambuh. Sampai di surat yang ke
kesepuluh, Ririn mengetahui kalau Arya sangat mencintai Ririn dan hendak
menyatakan perasaannya itu. Tapi takdir berkata lain, sebelum Arya menyatakan
perasaannya ia sudah diambil oleh Yang Maha Kuasa. Ririn sangat terpukul oleh
kematian Arya, ia belum percaya kalau Arya telah tiada. Sudah beberapa kali
sahabat Ririn, sahabat Arya, orang tua Arya serta orang tua Ririn meyakinkan
kepada Ririn kalau Arya memang sudah tiada. Akhirnya secara perlahan Ririn
menyadarinya. Ia sangat menyayangi Arya, seorang cowok yang telah lama ia
kagumi. Akhirnya ia tahu kenapa Arya tak kunjung menyatakan perasaannya, bukan
karena gengsi tetapi lantaran penyakit yang selalu menghantuinya.
Isi dari surat Arya :
“Assalamu’alaikumu Rin...apa kabar..??
baik-baik saja kan.
Tenang saja..aku disini juga baik saja J
kamu jangan khawatir ya..??
Rin....aku pengen ngomong sesuatu sama
kamu. Jika aku telah tiada sebelum aku bisa pulang ke Bandung, aku pengen
nyatain sesuatu ke kamu.
Jujur saja, saat pertama kali aku liat
kamu aku langsung jatuh hati padamu. Saat pertama kali aku lihat senyum manis
kamu, senyum itu selalu menghantui malam-malam ku, aku selalu memikirkanmu.
Kamu tahu...aku sampai kayak orang gila jika mengingatmu juga memikirkanmu.
Hahah.....konyol bukan ? tapi itu lah kenyataannya. Senyum manis yang selalu
tersungging di bibir kecilmu itu telah mengubah duniaku menjadi lebih berwarna.
Sudah lama aku memendam ini Rin.
Memendam secuil perasaan yang setiap hari makin menggunung. Perasaan yang
awalnya suka menjadi sayang, terus tumbuh hingga menjadi cinta dan akhirnya
takut kehilangan sosok wanita yang sederhana namun berpikiran dewasa itu,
iya..itu kamu Ririn. Ingin sekali aku menyatakan perasaan yang selalu menggebu dalam
hatiku ini, tapi apa daya..penyakit ini yang selalu membuatku berpikir dua kali
tuk menyatakan cinta kepadamu. Aku takut gara-gara penyakit ini kamu gak senang
tapi justru malah bikin kamu sedih dan tersiksa. Aku masih bertahan dengan
penyakit ini karena selalu ada kamu di hatiku. Masih ada secuil harapan tuk
sembuh lalu bisa bahagia bersama kamu.
Ririn.....aku sayang kamu, sebuah rasa
yang telah lama ingin aku katakan kepadamu. Rasa sayang yang selalu berontak
ingin keluar dari sangkar hati ini. Yang ingin terbang bebas menuju ke tujuan
hati dan mendapat sangkar emas yang cantik nan elok. Hati ini sudah lega bisa
membebaskan rasa sayang yang telah lama ingin keluar dan bersatu dengan
perasaanmu.
Ma’afkan aku ya..yang gak jujur sama
kamu tentang penyakitku ini. Bahkan kedua sahabatku pun gak tahu kalo aku
mengidap kanker staduim 3. Jika aku telah tiada, aku akan menjagamu dari surga
dan tak kan membiarkan satu orang pun melukai perasaan kamu. Aku janji Rin.
I
LOVE YOU RIRIN SARASWATI...
Orang
yang selalu merindumu,
Arya
Mahardika ”
Ia sempat beberapa kali
bermimpi tentang Arya. Ia bermimpi pernah di datangi Arya, saat itu Arya
meminta maaf, ia ingin Ririn masih bisa tersenyum manis seperti yang selalu
dilihat Arya. Dan juga Arya mendatangi mimpi Ririn untuk menyatakan perasaannya
dan akan selalu menjaga Ririn, walaupun dari kejauhan.
Secara perlahan Ririn sudah bisa merelakan Arya
pergi dengan tenang. Sekarang hari-hari Ririn sudah seperti biasanya, menjadi
Ririn yang seperti dulu.
kurang greget
ReplyDeleteHarus greget gimana lagi bang..??
ReplyDelete